Kata Pengantar | Buku Ruang Kosong



AKU tak pernah berpikir untuk menulis ini. Semuanya terlahir dengan sendirinya. Entah ketika aku berada di rumah ataupun di jalanan, pasar, sekolahan, di mana saja, di segala tempat yang kusinggahahi, dalam keadaan sadar ataupun tidak ghazal-ghazal itu muncul seketika, enatah apa yang terjadi ketika cinta itu datang padaku, yang terjadi maka terjadilah, seperti yang pernah Rumi katakan, “Ribuan aksidensi bergerak karena cinta baik ilusi ataupun nyata”.Aku bahkan tidak pernah sedikitpun belajarsastra, dan tidak paham struktur puisi. Jika engkau bertanya lantas bagaimana buku ini bisa terlahir? Maka jawabannya karena Cinta. 

Cinta yang menuntunku untuk melahirkan semua ini,mengarungi samudra rasa dan tenggelam di lautan rindu, tak ada yang menggerakkanku selain cinta, tak ada yang mengajariku selain cinta, cinta adalah cakrawala pengetahuanku.

Aku hanya penyair dadakan yang sedang jatuh cinta dan menari-nari dalam ruang kosong yang sunyi, bersama Kekasih kudengar suaranya mengelegar berubah mnjadi puisi, tidakah engkau menyadari bahwa semua orang adalah penyair? Tidak engkau sadari ketika dirimu jatuh cinta dengan kekasihmu, ribuan kata-kata manis terucap dalam mulut dan batinmu untuk memuja sang pujaan hati, tanpa harus memikirkannya, semuanya terlahir dengan sendirinya. Plato pernah berkata, “Mereka yang tidak tersentuh cinta adalah orang-orang yang berjalan dalam gelap gulita, dan dalam sentuhan cinta setiap orang jadi penyair”. Maka penyair bukanlah mereka yang mampu melahirkan kata-kata indah dengan retorika-retorika yang memikat perhatian, penyairadalah mereka yang sedang jatuh cinta membawakan kabar gembira pada Kekasihnya. 

Sang pencinta tidak akan pernah diam ketika melihat keanggunan Kekasihnya, sang pencinta akan selalu terkagum-kagum setiap waktu, ia tak akan pernah bosan untuk memandangi Kekasihnya setiap waktu. Ia telah mabuk dalam tuangan anggur  cinta, dan selalu tergila-gila dengan kekasihnya. Sang pencinta akan selalu mengingat-ingat Kekasinya dan menyebut-nyebut  asma-Nya tanpa henti. Cinta ini tetap abadi dalam hati, menjelma  air kehidupan yang ditengguk tiap waktu dalam penderitaan rindu yang ingin segera bertemu, tapi siapakah sang pencinta? Apakah aku sang pencinta? Apakah kalian sang pencinta? Apakah kita semua adalah sang pencinta? Atau mungkin semua pernyataan-pernyataan dan tulisan ini adalah dusta yang nyata? Sebab cinta bukan melulu soal pernyataan, cinta butuh pembuktian! Tapi apakah cinta membuat sedemikian gilanya dalam sejarah umat manusia. Cinta selalu ditulis atau dikisahkan oleh semua orang. Ada apakah dengan cina sehingga dia begitu abadi sampai sekarang ini? Katakanlah, untuk urusan cinta kita semua adalah pemula. 

Slawi, 20 April 2019

Rizki Eka Kurniawan

Posting Komentar

0 Komentar