Pegembaraan Menempuh Ketenangan




Jika kau ingin menjadi utuh, biarkan dirimu terbagi. Jika kau ingin berjalan lurus, biarkan dirimu berbelok. Jika kau ingin terisi, biarkan dirimu kosong. Jika kau ingin dilahirkan kembali, biarkan dirimu mati. Jika kau ingin menerima segalanya, berikan segalanya.
—Lao Tzu

***

Semakin beranjak usia dan manusia mulai dewasa, diterpa banyak masalah dan urusan dunia, menghadapi realita yang tak sesuai dengan pikirannya, dilanda strees, depresi dan putus asa. Dengan begitu semakin dewasanya seseorang seharusnya mulai belajar tentang kentenangan. Kentengan dalam berfikir, ketenangan dalam bersikap, ketenangan dalam berperilaku. Ketenangan akan membuatmu berelasi dengan alam, sehingga dirimu bisa lebih meruang, menyatu dengan kehidupan. Dengan ketengan kamu akan terampil dalam bersikap dan melahirkan keindahan dalam berperilaku. Keindahan berperilaku tersebut yang dalam agama disebut sebagai ahlak dan dalam filsafat disebut sebagai etika.

Di dunia ini semua orang mencari ketenangan, manusia telah menyadari keterburu-buruan akan mengacaukan suasana, kekhawatiran akan membuat rasa takut, namun ketenangan akan membuatmu nyaman, damai dan tentram. Andaikan dirimu sudah merasa tidak tenang maka carilah ketenangan, namun jangan cari ketenangan itu di luar dirimu, kamu tidak akan menemuinya, karena ketenangan itu ada didalam.

Seseorang yang dalam kondisi tenang maka ia berada dalam masa sekarang, sehingga memungkinkan bertindak untuk mencapai perubahan yang lebih baik, lintasan waktu ia kuasai sehingga bisa mempelajari masa lalu untuk menentukan sikap dimasa depannya. Namun orang yang dalam kondisi takut dan cemas tak akan pernah menguasai waktu, mereka yang takut adalah orang yang terjebak dalam masa lalu dan orang dalam keadaan cemas dan khawatir adalah orang yeng terkungkung oleh masa depan. Keduanya tak akan bisa melangkah karena terpenjara oleh alam pikirannya sendiri, begitu kenyataannya, kamu tidak ketakutan terhadap masa lalu ataupun cemas dan khawatir terhadap masa depan, yang kamu takutkan dan kamu cemaskan adalah pikiranmu sendiri.

Teman sebayaku seringkali tiba tiba datang kerumahku ketika tengah malam dengan kondisi setengah mabuk, terkadang ia mengkonsumsi beberapa obat penenang atau meminum alkohol dalam jumlah besar, tak usah aku sebutkan siapa namanya namun dia telah banyak mengajariku kehidupan, darinya aku belajar tentang bagaimana menentukan sikap dalam menghadapi permasalahan, dia sering kali bercerita denganku dan mau tak mau aku harus meladeninya semalam suntuk. Mendengarkan curhatannya yang sedikit nlantur. Setiap kali dia dalam kondisi setengah sadar pastilah dia datang kerumahku, untuk sekedar menginap semalam karena tidak berani pulang rumah.

Dia seringkali bercerita tentang banyak sekali permasalahan kehidupan yang dihadapinya, dari masalah keluarga, putus cinta, dan sesuatu yang membuat hati dan pikirannya kacau. Dia tidak memiliki jalan keluar untuk meredam depresi dan rasa strees yang menimpanya, selain daripada mengkonsumsi obat penenang atau meminum alkohol bersama teman-temannya, merayakan pesta hingga larut malam hanya untuk melupakan dunia yang telah menyakiti hati kecilnya. Sering aku tanyai beberapa kali "Apa tujuan kamu melakukan semua ini?" ia selalu menjawab "Aku merasa tenang apabila melakukannya, aku menjadi lebih bahagia setelah itu, meskipun akhirnya aku menyesal". Dipagi hari sebelum dia pulang, dia selalu berkata "Aku ingin berubah, namun belum tidak bisa"

Di suatu hari sekitar tahun 2018, aku pernah diajak dengannya menunjungi suatu acara anak punk, disana aku melihat banyak anak usia belasan, berkumpul membeli berliter-liter botol minuman keras, menggunakan bandana untuk ikat kepala, hidung dan lidah mereka penuh dengan tindik. Aku mengira mereka adalah anak yang nakal, tak bermoral. Namun apa yang aku pikirkan salah, mereka menghargaiku meskipun aku tak merokok dan meminum alkohol, setiap kali seorang anak punk datang padaku mereka memberikan salam dan menjulurkan tangan, tersenyum dan mengatakan permisi, hatiku berkata "Ada apa ini sebenarnya? Mereka semua terlihat baik dan ramah tapi kenapa mereka melakukan hal semacam ini, berpesta dengan minuman keras dan bergaya urak-urakan di usianya yang masih belasan taun?"

Akupun mendapati kenyataan jika sebagian besar dari mereka adalah orang yang merasa terpinggirkan, terkucilkan, frustasi dalam sekolahan dan kehidupan dalam rumah. Mereka mencoba mencari kebebasan dengan cara mabuk-mabukan, menjadikan dirinya anti kemapanan. Di sekolahan mereka merasa tak tenang karena tak menemukan dirinya, dirumah mereka merasa tak tenang karena selalu dipaksa orang tuanya untuk menjadi yang bukan dirinya, dimasyarakat mereka tidak punya tempat untuk menyuarakan dirinya. Mereka semua orang baik namun terjebak dalam kenyataan yang memojokan. Mencoba mencari ketenangan dan kebebasan tapi salah jalan, lantas apa yang harus dilakukan dengan mereka? Apakah kalian tega untuk menyalah-nyalahkannya dan menjadikannya menjadi tersisihkan kembali dengan banyak tuduhan buruk yang diartibutkan kepada mereka?

Karena mungkin barangkali semua ini bukan kesalahan penuh dari mereka, melaikan proses pendidikan dalam negara ini yang salah, bukankah disekolahan tidak pernah diajari bagaimana caranya mendapatkan ketenangan dalam hidup? Terlalu asik mengejar rangking dan prestasi, berebut untuk mendapatkan nilai tinggi demi bisa masuk industri dan perguruan tinggi. Namun tidak mendapatkan pendidikan mengenai kehidupan. Dalam rumah pun selalu diajarkan untuk menjadi seseorang yang sukses dengan kekayaan melimpah, pekerjaan yang bergaji besar, dan jabatan tinggi. Namun tak pernah diarahkan untuk menikmati segala sesuatu dengan rasa syukur.

Mereka-mereka yang aku dapati adalah orang-orang yang mencari jalan ketenangan, namun tersesat dalam perjalanan. Semua orang mencari ketenangan, hanya saja terkadang salah jalan dan tejerumus dalam ketesesatan. Tekanan psikologis dari lingkungannya menjerumuskannya kedalam kegelapan, dan dalam kegelapan, mereka tak tau arah jalan kebenaran. Sebagaimana seorang sufi yang berkata "Bukankah mereka yang menyembah berhala hendak menyembah Allah, tapi mereka tak mengerti jalannya" dengan sebab itu manusia harus saling mengingatkan, bukan menyalah-nyalahkan.

Purwokerto, 16 Febuari 2020

Posting Komentar

0 Komentar