Iqro




"Bermimpilah setingi langit, jika kau jatuh kau akan jatuh diantara bintang-bintang" -Soekarno

Senja itu meninggalkan bayak cerita, tepat didepan teras rumah milik kakekku aku duduk bersama dirinya, kita memang suka berbagi cerita sembari menunggu azan mahrib tiba. Aku dan kakekku bahkan tidaklah seperti kakek dengan cucunya melaikan sudah seperti teman, ya ngobrol bersama bertukar pikiran, kehidupan, cerita masa lalu, bahkan terkadang kita bicara tentang politik hahah, agak aneh memang ada seorang kakek yang suka bicara soal politik bersama cucunya, bahkan anehnya lagi seorang cucu itu yang usianya baru dibawah rata-rata sudah suka nonton berita, begitulah kamu sepasang kakek cucu yang tak mainstrem dan agak sedikit aneh, makanya terkadang obrolan kami sering nyambung meskipun beda usia. Aku yang seharusnya bergembira menghabiskan usiaku dengan bermain, tapi tidak diusiaku menginjak awal SMP aku sudahlah memiliki banyak hal utuk kuwujutkan. Disuatu saat ketika hari mulai redap kakekku mulai bercerita, obrolan kita makin menarik saat menuai tema pendidikan dizaman dulu yang katanya agak sudah untuk sekolah, ia bercerita masa kecilnya yang hanya lulus Sekolah Rayat setingkat SD pada zaman sekarang, dia berkata bahwa dulu sekolah sangatlah susah, untuk makanpun susah apalagi sekolah, tidaklah seperti zaman sekarang yang hapir semuanya bisa sekolah karena digratiskan permerintah, kamu beruntung lahir dizaman inisudah banyak sekolahan didirikan, apalagi akses kendaraan danjalan yang memungkinkan, dulu zaman kakek tidaklah seperti dirimu, kami bersekolah apa adany tak ada sepeda, tak ada uang saku, kami hanya berbekal pena dan buku bahkan taspun kamu buat dari waring goni (sejenis waring, wadah untuk beras) untuk membawa buku-buku kami, perjalanan kami kesekolah tidaklah secepat sekarang kami harus jalan kaki karana akses kedaraan zaman dulu tidaklah mudah menthok-menthothanya sepeda dan dokar, tapi sayang kami tidaklah memiliki uang cukup untuk membeli sepeda dan menaiki dokar modal kami untuk sekolah hanyalah niat, kami sangatlah rajin dalam hal belajar guru kami mengajarkan kami dengan disiplin dan keras tidak seperti zaman sekarang jewer sedikit lapor polisi hahaha, mau jadi apa kalian? dengan mental ciut sacam itu, bagaimana guru bisa mendidikmu jika yang dididik terlalu manja untuk diberi hukuman?, kamilah generasi dahulu yang lahir dizaman yang masih sangat tradisional, tak ada internet semasa kami, kami harus keperpustakaan membaca buku jika ingin belajar sesuatu, rasa ingin tau kami lebih besar dan kami dapatkan ilmu tidaklah dengan instan hanya dengan mencari di google internet seperti kalian. Makanya generasi sekarang malas membaca, karana apa-apa sudah dimanjakan teknologi, kau tinggal duduk memaikan hanphomu untuk mendapatkan sesuatu yang kau inginkan, inilah generasi mental ciut yang tak mengenal jerih payah usaha, apa kau tau cara untuk menjadi pintar? Ingatlah ayat pertama yang Tuhan turunkan pada Kanjeng Nabi Muhammad, Iqro (bacalah). Karna dengan membaca seseorang yang tak tau menjadi tau, seorang yang bodah menjadi pintar, soerang yang tak ahli menjadi ahli, maka bacalah apa yang ingin kamu baca dan pelajari apa yang ingin pelajari, semua itu akan berguna untukmu nanti.

Rizki Eka Kurniawan

Posting Komentar

0 Komentar