Apa Yang Terjadi Padaku?


Sudah sebulan lebih aku di liburan dari tempat kerjaku, aku terpaksa harus berdiam diri di rumah untuk mencegah dan menghindari penyebaran virus corona. Aku pikir Tuhan telah memanggilku untuk bermuhasabah dari semua yang aku lakukan selama ini. Aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk aku kembali mendekatkan diri pada-Nya, bermunajat, berdoa, dan beribadah sepanjang waktu yang ada.

Hati kecilku berkata "Ini adalah waktu yang tepat bagiku untuk kembali mendekatkan diri pada-Nya, akan aku gunakan untuk banyak beribadah dan merenungi kesalahan-kesalahan lama dan aku akan lebih baik dari sebelumnya."

Kamar kecilku menjadi seperti Goa dalam cerita Ashabul Kahfi, setiap hari kerjaanku hanya tertidur di atas kasur, sesekali keluar ke dapur untuk makan, sesekali keluar ke ruang tamu untuk menonton Tv /lalu tertidur lagi. Aku lupa jika Ashabul Kahfi tidur selama 360 atas kehendak Allah, dan mereka tidur merupakan sebuah ibadah kepada-Nya. Karena itu merupakan perintah-Nya.

Tapi aku? Aku menidurkan diriku sendiri sepanjang waktu, sepanjang siang dan malam waktuku kebanyakan aku gunakan untuk tertidur dan terus tertidur.

Tidurku ini bukan karena ibadah dan merupakan perintah-Nya, aku tidur di Goa? Tidak, aku tidak tidur di Goa yang mengasingkanku dari peradaban manusia, aku tidur di kamar yang empuk dan nyaman dengan smartphone di sampingku yang terkadang aku buka untuk beraktifitas di dunia maya. Aku tidak benar-benar sepi dan sunyi seperti Ashabul Kahfi diriku memang menyepi dari dunia nyata tapi tidak dengan dunia maya. Mungkin aku salah jika menyebut kamarku seperti goa ashabul kahfi.

Semua yang aku lakukan atas kehendakku sendiri, atas kemauanku sendiri. Saat azan tiba memanggilku untuk bangun, aku masih tertidur dan merasa sangat berat untuk bangun, seakan ada rantai yang mengikat kedua lengan dan kakiku. Di kala aku sudah beranjak dari kasur godaan akan kenikmatan dunia tiba-tiba muncul "Dengerin musik dulu agar pikiranmu fresh, Nonton film dulu banyak yang menarik dan seru, Buka WhatsApp dulu barangkali ada pesan penting, Baca baca dulu biar tambah pintar."

Lalu aku menuruti salah satu dari godaan tersebut, aku menikmatinya sampai hampir lupa waktu sholat telah berlalu lama. Padahal Ia (Allah) telah memanggilku dan menungguku untuk menghadap kepada-Nya. Tetapi aku masih saja asik dengan duniaku sendiri, seakan-akan tak peduli dengan panggilannya yang sangat jelas terdengar di telinga.

Aku teringat kisah Abu Yazid al-Bustomi, ia bercerita : ketika aku akan melaksanakan sholat, egoku berkata "Aku ingin tiduran, aku ingin mendengarkan musik, aku ingin membaca buku" tapi diri Abu Yazid menegur egonya "Jika kamu tidak mau menurutiku untuk segera sholat, tidak akan aku berikan kenikmatan dunia itu selama setahun" Aku terkejut, kagum, mendengar kisah itu. Tapi apa yang terjadi padaku? Aku tidak seheroik abu Yazid yang mampu bersuara seperti itu, diriku masih saja terlena, termanja nafsu dan egoku.

Ah.. Aku tidak benar-benar bermuhasabah, aku tidak benar-benar beribadah dan memperbaiki diriku lebih baik dari yang dulu. Secara diam-diam aku menyembunyikan kesalahan-kesalahan kecilku yang aku tumpuk-tumpuk menjadi kesalahan yang besar.

Maafkan aku, Tuhan
Maafkan aku, Sungguh Tiada Tuhan Selain Engkau dan hamba-Mu ini amat dzolim

Posting Komentar

0 Komentar