Hakekat Penciptaan



Adapun yang terjadi di alam semesta adalah wujud Cinta Tuhan terhadap apa yang dicinta-Nya, aksidensi adalah cabang dari cinta, tanpa cinta cabang tidak ada, cinta yang melahirkan aksiden, maka dari itu mustahil Tuhan adalah aksiden karena aksiden adalah cabang sedangkan Tuhan adalah asal dari segala sesuatu yang bersal bisa dianalogikan semisal dengan seorang arsitek yang menciptakan bangunan besar dikarenakan kecintaanya terhadap bangunan sehingga ia mampu membuatnya atau mungkin seperti pelukis yang mencintai sesuatu lalu ia mengexpresikan rasa cintanya kepada kanvas maka lahirlah lukisan-lukisan, maka tidaklah mungkin Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta jika bukan karena kecintaannya terhadap apa yang ia ciptakan?.


Dan sudah jelas bahwa semua baik yang hidup maupun mati memiliki asal yang menciptakannya dengan penuh kecintaan, meskipun sains dan ilmu pengetahuan sekarang seringkali menentang dan meniadakan Tuhan, Al-Ghazali menuliskan dalam kitabnya Kimia al-Saadah bahwa perumpamaan penciptaan semsta sama seperti halnya tulisan di atas kertas, tidaklah mungkin tulisan itu ada dengan sendirinya tapa ada yang menulisakannya, logika semacam ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa segala sesuatu yang tercipta pasti memiliki asal dan akhirnya akan kembali keasal muasalnya.


Di Peradaban Yunani Kuno Anaximandros telah mengungkapkan dengan teori to apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu, haruslah ada disegala sesuatu dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya, maka zat tersebut bersifat tak terhingga, ialah yang tak kasat mata dan bersifat rohani, ada satu rohani yang maha dasyat yang menciptakan materi lalu meniupkan rohnya kedalam materi tersebut sehingga ia hidup.


Aristotles juga mengatakan bahwa semua benda bergerak menuju satu tujuan, benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak di mana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yang sekarang kita kenal dengan Tuhan.


Hakekat penciptaan sesungguhnya sudah diketahui mulai dari zaman peradaban kuno, orang-orang jawa memiliki gagasan filosofis yang mengkin kita sering dengar dengan kata Sangkang Paring Dumadi yang berarti dari mana manusia berasal dan kemana akan kembali, dan didalam islam kita mengenalnya dengan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojii'un. Yang artinya "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali."   


Sebenarnya peradaban barat maupun timur semuanya sama-sama sudah mengetahui tentang asal muasal dan kemana dirinya akan kembali, adapun jika kita mengamati semsesta dan metadaburinya akan menemukan bahwa segala apa yang tercipta jika ditarik kebelakang akan memiliki keterikatan dengan sifat-sifat-Nya. 


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)


Bahkankah sudah jelas bagi mereka yang memandangi semesta secara terang-terangan dan mendapati tentang kebesaran-kebesaran Tuhan, kecuali bagi mereka yang menutup hatinya, membutakan matanya, dan mentulikan telinganya mereka tak akan tau hakekat penciptaan semesta yang sesungguhnya, Einsten berkata “tidak ada dingin didalam fisika kecuali hilangnya panas dalam tubuh kita, tidak ada kejahatan di dunia kecuali hilangnya cinta terhadap Tuhan”


Adapun ilmu pengetahuan tidak selalu benar, ia berubah-ubah sesuai dengan penemuan-penemuan baru, pengetahuan kini akan digugurkan pengetahuan baru dimasa datang, dan meskipun jika memang ada sains dan ilmu pengetahun tidak percaya dengan keberadaan Tuhan dan mencoba membuktikannya,  maka sesungguhnya Tuhan Maha Besar, Ia tak memerlukan pembuktian atas kebesaran-Nya.


Rizki Eka Kurniawan

Posting Komentar

0 Komentar